Lomba Kemenangan

 


Oleh  : Syuhud Syayadi Amir*


"Entah apa yang diperjuangkan!" Sembari tertawa, teman Hasan berangkat meninggalkan tempat kita nongkrong.


Kebetulan kita nongkrongnya di dekat jalan raya sambil ngopi. Di dekat kita ada segerombolan orang pasang bener kemenangan. Terpampang kata visi dan misi yang jelas mengusung nama besar dan kejayaan.


Sekelumit kalimat dari teman Hasan itu membuat kita tertawa dan hidup dalam perbincangan panjang lebar sekaligus dengan candaan-candaan sampai kita tidak tau mau menghentikan pembahasannya ke arah mana.


Perbincangan itu lucu karena terkesan menertawakan persoalan yang dianggap serius tetapi kenyataannya lelucon. Isi bener yang keseringan tidak sesuai dengan kenyataan. Apa tidak lucu? Iya lah pastinya lucu! Jika kita menganggapnya serius, mungkin kita sudah lama hidup dalam kebisingan dan sebuah ketidakjelasan hidup bahkan kita bisa terjebak dalam dunia kemarahan sehingga memakan waktu banyak terbuang sia-sia.


"Sudahlah, biarkan mereka berlomba-lomba dalam memenangkan apa yang diperjuangkannya, toh mereka makan dengan hasil mereka sendiri kok, walau kita masih belum jelas analisis hasil mereka sebenarnya dari mana, hahahahah..." lagi-lagi kita dibuat tertawa oleh perkataan Hasan.


Di tengah-tengah perbincangan lucu itu saya berpikir betapa indahnya hidup ini jika dipandang dari sudut yang lucu-lucunya saja. Kita melihat manusia macem-macem. Bahkan kita membayangkan wajah mereka-mereka yang kelihatan serius, ada yang pajang muka manis dengan senyumannya, ada yang berlagak tegas, ada juga yang kelihatan santun.


"Udah sampek mana nih pembahasan kita?" Tanya Husen. "Pembahasan kita sudah sampai di gigi mereka yang tertawa di bener". Lagi-lagi tawa kita dipecahkan oleh Hasan.


Macem-macem dah pikiran kita kemana-mana. Ada yang membahas kopiyahnya, ada yang membahas tangan terkepalnya, ada yang membahas tangan salamnya, bahkan ada yang membahas kancing bajunya. Ada-ada saja kehidupan ini.


"Kita pulang yuk!" Ajak Ihsan. "Ayok! Ini dah malem, oia nanti kita juga buat bener yah buat kita tertawa bersama-sama menikmati lelucon kehidupan ini, kita taruh juga visi-misi kita di bener itu, kemudian kita rayakan pesta kemenangan, bahkan kalo perlu kita makan-makan bareng sampai kita lupa niat awal, bahwa kita hanya ingin berlagak bagai pemimpin". Perkataan Hasan itu menutup perjumpaan kita di jalan itu. Kita tertawa sembari pulang ke tempat kita masing-masing.


Cerita di atas hanya sebagai bahan tertawaan. Tidak perlu diartikan apa dan bagaimana, serta apa maksudnya. Saya hanya ingin menulis. Itu saja, selebihnya saya juga mau bebas di alam pikiran saya sendiri atas nama kemerdekaan anak bangsa dalam berkarya.


Jogja, 14 Juli 2023 M. #Dalam_Hidup


#Penulis merupakan Penulis dan wakil eksekutor dari komunitas PMP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Isak yang Tertahan di Penghujung Jalan Cerita : teruntuk Fajar

Sejarah Singkat dan Moderasi Beragama Suku Madura dan Toraja

Opini; Pohon Pisang Sebagai Simbol Perlawanan?