Hakmu di Rampas



Penulis: Syuhud Syayadi Amir, wakil Eksekutor PMP. 



Kejujuran adalah harta termahal yang dimiliki manusia modern. Berani jujur adalah keberanian untuk hidup dalam kepribadian yang digempur kemunafikan.


Pada saat semua orang beranggapan bahwa title lebih diprioritaskan daripada kebenaran kapasitas tak bertitle. Ketika semua orang menganggap bahwa pengalaman hanya diukur dari lebih tingginya umur.


Kejujuran itu adalah kemurnian dalam menyampaikan kebenaran sejarah di zamannya sendiri. Zaman kita adalah zaman dimana manusia memiliki banyak mimpi dan cita-cita, tetapi lupa diri sebagai manusia yang harus mempertahankan nilai-nilai kemanusiaannya.


Coba bayangkan, berapa banyak yang dianggap lebih berpengalaman tetapi menodai demokrasi kita dengan istilah kecurangan? Dianggap lebih tua tetapi memilih fokus pada kekayaan dirinya semata dalam dunia sosial kita? Dianggap pantas karena sudah memiliki title tetapi memiliki kenyataan pahit menjadi pemimpin bangsa?


Lantas, pengalaman apa lagi yang perlu dipercaya? Umur yang bagaimana yang perlu kita belajar darinya? Title yang bagaimana yang perlu kita jadikan ukuran layak atau tidaknya manusia?


Tetapi, kita juga perlu jujur bahwa ada yang tak bermerek juga bisa dapat masuk dalam sektor kegiatan pemakmuran anak bangsa, namun kelihatannya tetap sama. Lantas, bagaimana dunia kita, saudara?


Apa kita juga perlu bertanya bahwa benarkah hidup manusia sekarang sudah menggantungkan segala kehidupannya hanya kepada uang, uang dan uang? Hanya dengan uang manusia bisa dihancurkan dengan begitu mudahnya, hanya dengan uang manusia bisa tunduk dengan begitu mudahnya, bahkan hanya dengan uang manusia bisa melakukan apa saja sesuai kemauannya sendiri tanpa harus memikirkan dampak positif dan negatifnya sebuah kebersamaan hidup dalam dunia ini?


Istilah ketidaksesuaian antara anggapan dan kenyataan ini perlu kita selidiki lagi atas nama mencari letak kejanggalan yang sebenarnya. Kita harus berani jujur bahwa sebagian kita atau bahkan rata-rata sudah tidak lagi memiliki mimpi besar yang bernama kesejahteraan bersama.


Kita mungkin lebih memiliki fokus sendiri-sendiri dan itupun bukan berdasar pada persoalan prinsip nasionalisme sejati, melainkan hanya berfokus kepada ingin memperkaya diri dan menindas manusia lain secara tidak sengaja atau bahkan secara tegas dengan dalil membalas dendam atas peremehan. Jika itu terjadi, betapa kekanak-kanakan betul sudah bangsa kita ini?


HAK KITA DIRAMPAS merupakan kalimat yang memiliki dasar kecintaan, dasar keadilan untuk kejujuran dan keseimbangan sosial kita. Bagaimana mungkin bangsa akan mengalami keseimbangan hidup apabila segala sesuatu bahkan yang menyangkut persoalan bangsa diurus oleh orang-orang yang lahir hanya karena anggapan bahkan hanya karena uangnya?


Suara kita akan lebih jujur dan lebih murni berdasarkan kecintaan dengan sikap nasionalisme kita yang masih memiliki prinsip kemanusiaan. Masih memilih diam atas segala sesuatu yang terjadi, tepatnya di depan mata kita sendiri. Ketika berdialog, bertanya, berbicara perihal landasan, perihal kecintaan, bahkan perihal masa depan bangsa kita layaknya berdialog dengan nona cantik di wajahnya saja.


Ini bukan perihal perlawanan, tetapi kejujuran atas nama cinta keberlangsungan hidup manusia. Membangun minset yang baik hanya bisa terbentuk dengan sebuah gagasan dan hasil pemikiran yang jauh ke depan. Membangun pola pikir yang baik bagi masyarakat adalah mimpi besar yang harus selalu diusahakan. Mimpi kesejahteraan bersama atas dasar cinta dan kesadaran sebagai manusia.


"Jika orang yang tidak berhak dan tidak pantas merasa lebih bebas bicara, lebih bebas berkuasa, lebih bebas melakukan apa saja demi kepentingannya sendiri, kenapa orang jujur, orang cerdas, orang yang lebih pantas hanya memilih diam di tempat tidurnya?"


Jogja, Kamis 13 Juli 2023 M. #Dalam_Hidup

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Isak yang Tertahan di Penghujung Jalan Cerita : teruntuk Fajar

Sejarah Singkat dan Moderasi Beragama Suku Madura dan Toraja

Opini; Pohon Pisang Sebagai Simbol Perlawanan?